Mengutuk Aksi Keji OPM Jadikan Warga Sipil Sasaran Kekerasan

Tragedi yang kembali terjadi di Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, memberikan pesan yang jelas dan tegas: kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) tidak dapat ditolerir lagi. Masyarakat pun mendukung aparat keamanan untuk menumpas gerombolan itu.

Tindakan mereka tidak hanya mengancam stabilitas keamanan, tetapi juga merenggut nyawa warga sipil tak berdosa, dan ini sudah seharusnya dikecam dengan keras. Masyarakat, pemerintah, dan seluruh elemen bangsa harus bersatu dalam upaya menghentikan tindakan biadab ini, karena keamanan dan kedamaian adalah hak dasar setiap manusia yang tidak boleh dikorbankan atas dasar apapun.

Pada 31 Juli 2024, insiden yang mengguncang ketenangan warga di Yahukimo kembali terjadi. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, mengonfirmasi bahwa gangguan tersebut berupa serangan tembakan yang menargetkan personel pengamanan yang tengah berjaga di proyek perbaikan jalan dan jembatan PT. Garanta. Serangan ini terjadi di ruas jalan Kampung Massi, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, dan merupakan bentuk aksi teror yang kembali memperlihatkan kebrutalan OPM.

Serangan brutal ini tidak hanya menargetkan aparat keamanan, tetapi juga menyasar warga sipil yang tidak bersalah. Abdul Muzakir, seorang pekerja berusia 29 tahun, menjadi korban tewas dalam insiden ini. Nyawa Abdul hilang dengan cara yang tragis dan sangat disayangkan, diduga akibat penganiayaan berat yang dilakukan oleh OPM. Kekejaman ini menambah daftar panjang korban kekerasan yang tidak seharusnya terjadi di negeri ini.

Insiden bermula ketika personel pengamanan yang bertugas menjaga proyek perbaikan jalan diserang dengan tembakan yang mengarah ke alat berat di lokasi. Serangan ini bukanlah serangan biasa; ini adalah serangan yang direncanakan dengan baik dan sengaja dilakukan untuk menciptakan teror dan kekacauan.

Tindakan ini semakin diperparah dengan adanya laporan bahwa tidak lama setelah serangan tersebut, sebuah truk yang ditumpangi oleh masyarakat sipil juga menjadi target kekerasan. Truk tersebut dihadang oleh sekelompok orang yang diduga kuat sebagai bagian dari OPM, memaksa penumpangnya untuk melarikan diri demi menyelamatkan nyawa mereka.

Kapolres Yahukimo, AKBP Heru Hidayanto, menjelaskan bahwa aparat keamanan segera merespons dengan melakukan penyisiran di tempat kejadian perkara (TKP). Namun, pelaku sudah melarikan diri, meninggalkan korban tewas dan truk yang telah dibakar sebagai saksi bisu dari aksi kekejaman yang baru saja terjadi. Kejadian ini sekali lagi menyoroti betapa berbahayanya situasi di Papua dan masyarakat sipil menjadi sasaran yang paling rentan dalam konflik yang tidak berkesudahan ini.

Pemerintah melalui aparat keamanannya telah berusaha untuk meredam aksi-aksi teror ini dengan berbagai cara, termasuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di wilayah rawan. Operasi pengejaran terhadap para pelaku terus dilakukan oleh personel gabungan Polres Yahukimo dan Satgas Damai Cartenz 2024.

Dalam situasi yang semakin memanas ini, peran masyarakat juga sangat penting. Keterlibatan aktif masyarakat dalam melaporkan aktivitas mencurigakan menjadi kunci dalam mencegah terulangnya tragedi semacam ini.

Namun, upaya aparat keamanan tidak akan efektif tanpa dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik untuk menyelesaikan konflik ini, yang tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga dialog dan penyelesaian damai yang melibatkan semua pihak. Papua tidak bisa terus-menerus menjadi medan pertempuran yang mengorbankan banyak nyawa, terutama warga sipil yang tidak bersalah.

Situasi di Yahukimo dan daerah lainnya di Papua mengajarkan kita bahwa keamanan adalah hal yang sangat rapuh dan bisa sewaktu-waktu terganggu oleh aksi-aksi teror yang tidak manusiawi. Penting bagi kita semua untuk mengutuk kekerasan ini dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam menjaga kedamaian dan stabilitas di Papua.

Pemerintah harus memberikan perhatian lebih, bukan hanya dengan mengirimkan pasukan, tetapi juga dengan mendengarkan aspirasi masyarakat Papua dan mencari solusi yang adil dan damai bagi semua pihak.

Sebagai masyarakat yang peduli terhadap kemanusiaan, kita harus bersatu dalam menyuarakan keprihatinan kita terhadap kekejaman yang dilakukan oleh OPM. Dunia internasional juga harus ikut berperan dalam memberikan tekanan agar tindakan kekerasan ini dihentikan.

Tidak ada tempat bagi teror di negeri ini, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap sudut Indonesia, termasuk Papua, adalah tempat yang aman bagi semua warganya.

Dengan kejadian ini, situasi di Yahukimo dan sekitarnya kembali berada dalam status siaga. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan bekerja sama dengan aparat keamanan. Keamanan adalah prioritas utama, dan bersama-sama kita bisa mencegah agar kekerasan tidak terus berlanjut. Menjaga Papua tetap damai adalah tugas kita bersama, dan ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan solidaritas kita dalam melawan kekerasan dan teror yang dilakukan oleh OPM.

Kita harus tetap optimis bahwa perdamaian bisa diraih. Papua adalah bagian dari kita, dan setiap tetes darah yang tumpah di sana adalah luka bagi kita semua. Mari bersatu untuk mengutuk kekerasan dan memastikan bahwa kedamaian dan keadilan dapat terwujud di tanah Papua. Bersama, kita bisa menghentikan rantai kekerasan ini dan membawa Papua menuju masa depan yang lebih baik.

 

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta