Masyarakat Mengutuk Kekerasan KST Papua Serang Aparat Keamanan

Kekerasan yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Papua telah menjadi ancaman serius bagi keamanan dan kedaulatan Indonesia. Aksi-aksi kekerasan yang mereka lakukan tidak hanya merugikan negara, tetapi juga mencoreng martabat kemanusiaan dan mengganggu ketenteraman masyarakat Papua yang cinta damai.

KST Papua secara terus-menerus melakukan tindakan kekerasan, termasuk serangan terhadap aparat keamanan dan warga sipil yang tidak bersalah. Salah satu contoh yang paling baru adalah serangan yang menyebabkan gugurnya dua orang anggota Polisi, yakni Bripda Arnaldobert Yawan dan Bripda Sandi Defrit Sayuri.

Dua anggota polisi tewas dalam serangan yang dilakukan oleh KST di Paniai. Kedua anggota polisi, Bripda Arnaldobert Yawan dan Bripda Sandi Defrit Sayuri, kehilangan nyawa mereka saat melaksanakan tugas pengamanan di sekitar helipad 99, dekat pos Polisi Ndeotadi 99 di Distrik Baya Biru, Kabupaten Paniai. Para pelaku yang dipimpin oleh Aibon Kogoya juga berhasil merebut dua senjata api AK-47 milik korban. Serangan itu menuai kecaman dari Pemuda Adat Papua serta keluarga korban.

Ketua Umum Pemuda Adat Papua, Yan Christian Arebo, mengecam tindakan KST tersebut sebagai di luar batas kemanusiaan. Menurutnya, para korban, yang merupakan orang asli Papua, tewas dalam posisi bertugas, bukan dalam upaya penegakan hukum terhadap apa yang disebutnya sebagai teroris. Sedangkan keluarga korban menuntut agar kedua anggota polisi tersebut diberikan kenaikan pangkat secara anumerta karena gugur dalam menjalankan tugas pengamanan.

Sebelumnya dilaporkan, Pos Polisi Ndeotadi 99 di Distrik Baya Biru, Kabupaten Paniai, diserang oleh KST di bawah pimpinan Aibon Kogoya pada Rabu (20/3/2024) pukul 08.00 WIT. Para pelaku, menurut juru bicara TPNPB Sebby Sambom, menyatakan tanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka juga mendesak pemerintah Indonesia untuk menutup kegiatan pertambangan emas di Bayabiru, Paniai, karena dinilai berdampak buruk terhadap hutan adat, serta pendropan pasukan militer harus dihentikan.

Kejadian tragis lainnya juga dialami oleh prajurit Marinir TNI AL, Sertu Mar Ismunandar yang gugur ditembak KST di Distrik Muara, Kabupaten Puncak Jaya. Insiden ini mengguncang seluruh negeri, memperlihatkan risiko yang dihadapi oleh para prajurit yang berjuang untuk menjaga kedaulatan dan keamanan negara.

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto, melalui Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mayjen TNI Nugraha Gumilar, menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya Sertu Ismunandar. Gumilar juga menjelaskan bahwa Serka Salim, rekan Ismunandar, juga menjadi sasaran dalam serangan ini. Serka Salim, meskipun terluka, berhasil bertahan dan memberikan balasan atas serangan tersebut.

Sementara itu, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Endi Supardi, didampingi Ketua Gabungan Jalasenastri Korps Marinir Ny. Nana Endi Supardi, turun langsung untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Melayat ke rumah duka Sertu Marinir Ismunandar di komplek Denjaka, Cilandak, Jakarta Selatan, mereka memberikan dukungan dan solidaritas kepada keluarga yang ditinggalkan.

Insiden ini mengingatkan kita akan bahaya yang dihadapi oleh para prajurit dalam menjalankan tugas mereka untuk melindungi kedaulatan negara. Mereka adalah pahlawan yang pantang menyerah, siap mengorbankan segalanya demi keamanan dan keselamatan bangsa. Gugurnya aparat keamanan melawan musuh negara akan selalu dikenang, serta menjadi semangat dalam mewujudkan Indonesia yang damai.

Tindakan KST Papua tidak hanya mengancam keamanan dan stabilitas di wilayah Papua, tetapi juga menjadi ancaman bagi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, tindakan tegas harus dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas kelompok ini dan menjaga kedaulatan negara.

Pemerintah dan aparat keamanan harus meningkatkan upaya dalam menangani dan memberantas KST Papua. Langkah-langkah keamanan yang efektif perlu diterapkan untuk menanggulangi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok bersenjata ini. Penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan adil terhadap para pelaku kekerasan, tanpa pandang bulu.

Selain itu, penting bagi pemerintah untuk terus memperkuat dialog dan komunikasi dengan masyarakat Papua, untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mendasari konflik di wilayah tersebut. Solusi jangka panjang yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat Papua harus diupayakan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun tokoh-tokoh Papua, untuk bersatu dan menolak segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh KST Papua. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia, serta memastikan keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di Papua.

Kita sebagai bangsa harus bersikap tegas terhadap KST Papua dan menegaskan bahwa kekerasan tidak akan pernah diterima dalam perjuangan menuju Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera. Sudah saatnya untuk berdiri bersama, mengutuk kekerasan, dan memperjuangkan perdamaian yang berkelanjutan di Papua dan seluruh wilayah Indonesia.

 

)* Penulis adalah Tokoh Pemuda Papua yang tinggal di Jakarta