Waspadai Provokator Demonstrasi, Tokoh Agama Ajak Masyarakat Bersatu

Tokoh agama mengajak kepada seluruh masyarakat di Indonesia untuk bersatu dan mampu mewaspadai adanya keterlibatan provokator dalam perhelatan aksi unjuk rasa atau demonstrasi terkait penetapan hasil suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam aksi pengumpulan sejumlah massa, tentunya akan sangat rawan untuk disusupi oleh kelompok orang-orang tidak bertanggungjawab tertentu dan dengan sengaja menjadi seorang provokator hanya demi tujuan pribadi dan golongannya saja, yang mana hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan kehendak masyarakat luas.

Kelompok penyusup yang menjadi provokator atau dalang kerusuhan itu biasanya dengan sengaja masuk dan memanfaatkan adanya gelombang gerakan massa yang terjadi untuk memainkan emosi publik sehingga gerakan atau demonstrasi yang dilakukan tersebut pada akhirnya hanyalah menjadi sebuah agenda merealisasikan tujuan provokator itu.

Tentu pernyataan tersebut bukanlah sebuah isapan jempol semata, pasalnya beberapa waktu lalu sejumlah pemuda berhasil diamankan di tengah terjadinya aksi demonstrasi menuntut hak angket Pemilu 2024 di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Sejumlah pemuda yang diamankan tersebut diduga merupakan kelompok penyusup yang memang hendak untuk melakukan provokasi. Kejadian itu bermula ketika ada seorang pemuda diamankan oleh massa aksi kemudian diserahkan pada petugas polisi yang sedang berjaga.

Bukan hanya demo yang terjadi di depan Gedung DPR RI saja, melainkan terdapat pula sebanyak tujuh orang yang diduga menjadi provokator dalam aksi demonstrasi saat proses rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2024 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Sinjai, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Fery Nur Abdulah mengatakan bahwa pihaknya mengamankan tujuh orang beserta barang bukti berupa sepuluh senjata tajam, baik itu yang tersimpan melekat pada badan mereka, dan ada juga yang disimpan di kendaraannya.

Lebih lanjut, aparat keamanan menilai bahwa para provokator dalam demo rekapitulasi suara KPU itu memang sudah disiapkan secara sistematis dan mereka dengan sengaja merancang agar demo berakhir dengan ricuh. Tidak tanggung-tanggung, bahkan petugas juga menemukan bom molotov yang diduga akan disiapkan bisa terjadi kericuhan saat demo.

Terbukti, nyatanya memang dalam demo di Sinjai itu sempat terlihat ada pihak yang memprovokasi kemudian mengambil senjata tajam dan mengajak massa lainnya melakukan kekerasan. Ketika terjadi aksi anarkis, ada pula pemukulan terhadap aparat keamanan.

Berkat gerak cepat dari aparat keamanan untuk mengamankan pihak yang diduga menjadi provokator, kericuhan berhasil diredam AKBP Fery menegaskan bahwa pihaknya tidak akan membiarkan tindak premanisme tumbuh karena bisa merusak alam demokrasi yang sekarang ini dalam keadaan aman dan kondusif.

Tokoh Agama Ajak Seluruh Masyarakat Bersatu Pasca Pemilu dan Tidak Terpengaruh Provokator

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrur Rozi mengajak kepada semua masyarakat di Tanah Air untuk bisa bersatu dalam membangun masa depan bangsa ini setelah pelaksanaan pesta demokrasi 2024.

Jangan sampai masyarakat terus terlarut dengan adanya perbedaan pandangan atau pilihan politik dalam Pemilu yang notabene juga sebenarnya sudah selesai dilaksanakan. Karena tujuan utama dari dilangsungkannya kontestasi politik itu, justru bukan untuk memecah belah bangsa melainkan sebagai semangat baru untuk membangun bangsa ke depannya.

Maka dari itu, hendaknya masyarakat mampu menjalankan asa demokrasi di negeri ini dengan penuh kedewasaan, yakni memiliki sikap untuk siap menang maupun siap kalah, karena dalam kontestasi pasti terdapat pihak yang kalah dan menang.

Kemudian, setelah dilangsungkannya kontestasi, hendaknya masyarakat kembali bisa bersatu membangun bangsa Indonesia. Terlebih di bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini, daripada harus terus kalut ke dalam sesuatu yang berpotensi menjadi pemecah belah bangsa, maka alangkah lebih baik jika masyarakat terus memperbanyak ibadah.

Seluruh aspirasi mengenai bagaimana hasil Pemilu, bisa disampaikan secara langsung melalui kanal yang telah tersedia dan difasilitasi oleh negara.

Dengan mengutarakan berbagai keresahan terkait hasil Pemilihan Umum melalui jalur atau mekanisme hukum yang berlaku, berarti sama saja masyarakat juga sudah mendukung penuh berlakunya penegakan hukum di Indonesia selaku negara hukum.

Selain itu, dengan menyampaikan aspirasi melalui jalur yang konstitusional, juga sebenarnya mampu menjaga masyarakat sendiri untuk terhindar dari adanya gerakan yang sangat berpotensi untuk mengganggu ketertiban dan kenyamanan publik.

Untuk menyikapi adanya peredaran berita bohong atau Hoaks termasuk fitnah yang sama sekali tidak berdasar di dunia digital atau media sosial, hendaknya masyarakat jangan mudah percaya adanya sesuatu yang berkonotasi atau bernada pada ajakan hingga provokasi. Masyarakat harus terus menanamkan prinsip bahwa keselamatan Bangsa Indonesia merupakan segalanya yang patut terus dijaga.

 

)* Penulis adalah Kontributor Persada Institute