Jakarta – Kepala Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nawawi menilai bahwa kebijakan fiskal moneter pemerintah sudah sangat baik. Terlebih karena dengannya mampu terus mempertahankan stabilitas ekonomi nasional.
Meski di tengah berbagai tantangan krisis dunia, namun nyatanya kondisi perekonomian dan pertumbuhan ekonomi Indonesia terus konsisten.
Salah satu contohnya, menurut Nawawi, yakni keberhasilan untuk menekan angka inflasi, sehingga mampu mempertahankan daya beli masyarakat.
“Reaksi pemerintah, terutama otoritas moneter dan fiskal Indonesia cukup baik, seperti inflasi di Juni 2024 itu 0,10 persen, artinya lebih rendah dibandingkan Juni tahun lalu sekitar 0,17 persen,” katanya.
Pemerintah, imbuhnya, melalui otoritas keuangannya bisa mengendalikan inflasi dan juga pastinya berkontribusi terhadap menjaga daya beli masyarakat.
Selain itu, terdapat beberapa contoh kasus nyata bagaimana upaya pemerintah yang sigap dan berhasil meredam gejolak sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.
“Beberapa kasus misalnya menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha itu kan ada kenaikan harga, namun bisa diredam tidak begitu lama,” ungkap Kepala PRK BRIN.
“Begitu juga kelangkaan minyak goreng beberapa waktu lalu, itu juga bisa diatasi dan dikendalikan oleh otoritas keuangan nasional dan pemerintah melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneternya yang berhasil tidak memakan waktu cukup lama,” imbuhnya.
“Sehingga kondisi ekonomi nasional bisa terus bertahan,” kata Nawawi.
Kebijakan pemerintah juga sangat baik dalam memperngaruhi berbagai sektor penting nasional. Sehingga mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis global.
“Kalau berbicara sektor-sektor mana yang sangat berkontribusi, maka sektor yang memiliki kontribusi ekonomi signifikan dan bagaimana pemerintah mengendalikan sektor ini agar tetap positif,” tutur Nawawi.
“Itu menjadi salah satu faktor kenapa kebijakan fiskal moneter Indonesia bisa menyelamatkan keadaan jadi tidak menjadikan bangsa ini terperosok terlalu dalam akibat krisis global,” lanjutnya.
Bahkan, menurut Nawawi, Indonesia menjadi negara yang sudah berpengalaman untuk tetap mempertahankan perekonomian di tengah beragam krisis termasuk pandemi COVID-19.
“Sebenarnya ini juga berulang, beberapa kali Indonesia berhadapan dengan krisis ekonomi global, misalnya dalam konteks pelambatan ekonomi internasional seperti perang antar beberapa negara yang mempengaruhi kondisi ekonomi dunia, baik itu supply ekspor-impor,” ujarnya.
“Tapi Indonesia juga bisa bertahan dengan adanya pandemi COVID-19 kemarin dengan berbagai kebijakan fiskal moneter yang diambil oleh pemerintah,” tambahnya.
Kebijakan fiskal moneter yang baik itu mampu terus mempertahankan daya beli masyarakat, di saat banyak negara lain dunia gagal melakukannya.
Bahkan, menurutnya, pemerintah juga bisa mempertahankan daya beli masyarakat, menjadikan bagaimana kebijakan fiskal itu dampaknya jangan sampai begitu besar, dan itu berhasil.
“Beda dengan negara lain, misalnya kasus Yunani yang ternyata mereka tidak berhasil mengelola antara kebijakan fiskalnya dengan dampak COVID-19 waktu itu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nawawi menjelaskan, dengan berbagai pengalaman, seharusnya bisa menjadi modal buat pemerintah yang akan datang, bagaimana tetap fokus untuk menjaga jangan sampai daya beli masyarakat turun, jangan sampai investasi nasional turun.
“Karena dua sektor ini yang selalu menjadi kontribusi utama bagaimana ekonomi nasional tetap positif. Konsumsi pastinya berkaitan dengan daya beli, investasi berkaitan dengan modal yang mempengaruhi kegiatan ekonomi,” tutupnya. (*)