Presiden Prabowo Percepat Hilirisasi Pertanian untuk Tingkatkan Ekspor dan Kesejahteraan Petani

Oleh : Dona Dwiana

Di tengah perubahan global yang begitu cepat, sektor pertanian Indonesia justru menunjukkan ketahanan dan potensi luar biasa. Bukan hanya sebagai penyedia pangan bagi lebih dari 270 juta jiwa, pertanian kini juga menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu langkah besar yang kini terus dipercepat adalah hilirisasi pertanian—yakni proses mengolah hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Langkah ini bukan sekadar strategi pembangunan, melainkan harapan besar bagi masa depan pertanian Indonesia yang lebih mandiri, modern, dan berdaya saing tinggi di pasar global.

Pemerintah, melalui berbagai kementerian terkait, menunjukkan komitmen kuat dalam mempercepat hilirisasi pertanian. Upaya ini bukan tanpa alasan. Selama bertahun-tahun, Indonesia dikenal sebagai eksportir komoditas mentah seperti kopi, kakao, karet, kelapa sawit, dan rempah-rempah. Namun, nilai yang dihasilkan dari ekspor bahan mentah itu jauh lebih kecil dibandingkan nilai produk olahan yang diekspor oleh negara lain. Inilah celah besar yang ingin ditutup melalui hilirisasi: menambah nilai produk di dalam negeri, membuka lapangan kerja, dan menciptakan pendapatan lebih tinggi bagi petani.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pentingnya hilirisasi sektor pertanian sebagai strategi mendorong pertumbuhan ekspor, meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ekonomi lokal dan membuka lapangan kerja baru. pemerintah telah menyiapkan skema investasi sebesar Rp371,6 triliun untuk memperkuat program hilirisasi pertanian, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional dan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.

Langkah-langkah konkret sudah mulai terlihat. Salah satunya adalah peningkatan signifikan nilai ekspor sektor pertanian di awal tahun 2025. Berdasarkan data resmi, ekspor pertanian Indonesia selama Januari hingga Agustus 2025 melonjak lebih dari 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini bukan hanya angka, tapi bukti bahwa arah pembangunan pertanian mulai bergeser ke arah yang lebih menjanjikan. Komoditas yang sebelumnya hanya dikirim dalam bentuk mentah, kini mulai diproses menjadi produk siap pakai yang memiliki nilai jual lebih tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional.

Di banyak daerah, geliat hilirisasi mulai terasa. Petani kelapa di Sulawesi, misalnya, kini tak hanya menjual buah kelapa, tetapi juga memproduksi Virgin Coconut Oil (VCO) yang dipasarkan hingga ke Eropa. Nilai jualnya melonjak drastis, dari hanya ribuan rupiah per kilogram menjadi ratusan ribu rupiah per liter. Di Jawa Timur, kelompok tani kopi mulai mengelola sendiri proses roasting dan packaging, membuat produk kopi lokal mampu bersaing dengan merek luar negeri. Bahkan, beberapa di antaranya sudah berhasil menembus pasar Asia dan Timur Tengah. Ini adalah bukti nyata bahwa ketika petani diberi akses pada teknologi, pelatihan, dan dukungan kebijakan, mereka mampu naik kelas dan menjadi bagian dari rantai pasok global.

Wakil Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Salim S mengatakan potensi kelapa pada Sulbar sangat besar untuk masuk ke tahap hilirisasi, mengolah menjadi produk bernilai tinggi seperti minyak kelapa, sabut kelapa, arang aktif, hingga turunannya yang sangat diminati pasar internasional. Maka dari itu, pihaknya berhadap dengan adanya dorongan kuat dari pemerintah dan minat besar investor, hilirisasi kelapa menjadi salah satu sektor andalan baru bagi pertumbuhan ekonomi Sulbar ke depan.

Percepatan hilirisasi ini juga membawa angin segar bagi anak muda. Generasi milenial yang dulu mungkin ragu untuk terjun ke dunia pertanian, kini mulai melihat bahwa pertanian bisa menjadi sektor yang menjanjikan. Banyak yang membentuk start-up berbasis agroteknologi, mengembangkan produk-produk olahan, hingga memanfaatkan e-commerce untuk menembus pasar luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga membawa transformasi sosial—di mana pertanian tak lagi dipandang kuno, tapi justru sebagai sektor masa depan yang keren dan berkelanjutan.

Pemerintah sendiri telah menyiapkan berbagai dukungan untuk mempercepat proses ini. Peta jalan hilirisasi pertanian 2025–2027 disusun dengan melibatkan banyak pihak, mulai dari pelaku usaha, akademisi, hingga petani itu sendiri. Fokus utama bukan hanya pada peningkatan produksi, tapi juga pada efisiensi proses pasca-panen, penguatan rantai pasok, pembukaan akses pasar ekspor, dan tentu saja dukungan pembiayaan yang lebih mudah dan ramah petani.

Hilirisasi pertanian bukanlah proses yang bisa selesai dalam semalam. Namun, dengan komitmen kuat, arah kebijakan yang jelas, serta semangat gotong royong antara pemerintah, petani, swasta, dan masyarakat, Indonesia berada di jalur yang tepat. Kita tidak hanya sedang membangun ekonomi yang lebih kuat, tetapi juga mewujudkan cita-cita besar: menjadikan petani sebagai pelaku utama pembangunan, memperkuat desa sebagai pusat pertumbuhan, dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan pertanian olahan yang diperhitungkan di dunia.

Masa depan pertanian Indonesia kini berada di tangan kita semua. Dengan mempercepat hilirisasi, kita tidak hanya menambah nilai ekspor, tetapi juga menambah nilai kehidupan bagi jutaan petani dan keluarganya. Dan di tengah tantangan global yang kian kompleks, hilirisasi menjadi jawaban yang optimis—bahwa pertanian Indonesia bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga mampu melompat jauh ke masa depan yang lebih cerah.

)* Mahasiswa Jurusan Pertanian