Oleh: Loa Murib )*
Pembangunan Papua saat ini tengah bergerak ke arah yang lebih substansial dan berkelanjutan. Di bawah kepemimpinan nasional Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, arah pembangunan Papua tidak lagi hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkarakter, dan berdaya saing. Investasi SDM menjadi fondasi emas dalam mewujudkan Papua yang mandiri, sejahtera, dan berkontribusi bagi Indonesia Emas 2045.
Salah satu wujud nyata dari komitmen tersebut tampak dari berbagai program pemberdayaan yang muncul di akar rumput masyarakat Papua. Di Kabupaten Sorong, puluhan perempuan Moi mengikuti pelatihan tata boga di bawah naungan Kwongke Kaban Salukh Moi Ranting Aimas. Di tengah kesederhanaan, kegiatan ini membawa semangat besar untuk memperkuat kapasitas ekonomi perempuan melalui keterampilan produktif. Pelatihan tersebut bukan sekadar belajar membuat kue, melainkan bagian dari proses panjang membangun kemandirian ekonomi dan peningkatan kualitas SDM perempuan Papua Barat Daya.
Pelatihan itu sejalan dengan arah kebijakan nasional melalui Program Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran yang menempatkan pengembangan SDM unggul dan penguatan ekonomi rakyat sebagai prioritas utama. Melalui kegiatan sederhana namun berdampak ini, perempuan Moi didorong untuk memiliki keterampilan, membangun usaha mikro, dan berpartisipasi aktif dalam penggerak ekonomi lokal. Data BPS Papua Barat Daya tahun 2024 menunjukkan bahwa sektor UMKM menyumbang lebih dari 61 persen terhadap perekonomian daerah, dan sekitar 60 persen di antaranya digerakkan oleh perempuan. Angka tersebut memperlihatkan betapa besar potensi perempuan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan di Papua.
Kegiatan seperti pelatihan tata boga di Aimas merupakan salah satu bentuk investasi sosial yang sangat penting. Dari tangan-tangan terampil mama Moi, kue tradisional khas Papua Barat Daya bisa menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Dengan dukungan teknologi digital, produk-produk lokal ini dapat dipasarkan lebih luas, menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Lebih dari itu, pemberdayaan perempuan Moi juga menjadi simbol kesetaraan dan penguatan peran perempuan dalam pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, di wilayah selatan Papua, komitmen serupa juga terus ditekankan oleh Pemerintah Provinsi Papua Selatan. Wakil Gubernur Papua Selatan, Paskalis Imadawa, menegaskan pentingnya investasi jangka panjang dalam pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda. Melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan seperti SMA Plus Astha Hannas di Subang, Pemprov Papua Selatan berupaya mencetak generasi muda yang unggul secara akademik sekaligus memiliki karakter kuat dan wawasan kebangsaan. Program beasiswa yang diberikan kepada siswa asal Merauke merupakan langkah nyata dalam menciptakan SDM Papua yang siap bersaing di tingkat nasional maupun global.
Inisiatif ini mencerminkan pandangan strategis bahwa membangun Papua bukan sekadar membangun gedung sekolah atau jalan raya, tetapi menciptakan manusia-manusia tangguh yang menjadi pelaku utama pembangunan. Dengan karakter dan spiritualitas yang kuat, generasi muda Papua diharapkan menjadi agen perubahan di tanahnya sendiri, menjaga harmoni sosial, serta mendorong lahirnya inovasi dan kemandirian.
Di Papua Tengah, semangat yang sama juga ditunjukkan oleh Gubernur Meki Nawipa dengan meresmikan MEPA Boarding School dan Honai Training Centre (HTC) di Nabire Barat. Dua lembaga ini dirancang sebagai wadah pembinaan generasi muda yang berkarakter, berpengetahuan, dan berlandaskan spiritualitas. MEPA Boarding School diharapkan menjadi cikal bakal lahirnya generasi yang cerdas dan tangguh dalam menghadapi tantangan global, sekaligus berakar kuat pada budaya dan nilai-nilai luhur Papua.
Langkah Gubernur Meki Nawipa mencerminkan kesadaran bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak bisa dilihat secara instan. Dengan membangun sekolah berasrama yang berorientasi pada pembentukan karakter dan kualitas ilmu pengetahuan, Papua Tengah sedang menyiapkan fondasi kokoh bagi pembangunan berkelanjutan. Pendidikan berbasis spiritualitas ini juga menjadi ciri khas pembangunan SDM Papua yang tidak hanya menekankan kecerdasan intelektual, tetapi juga moral dan sosial.
Ketiga daerah ini (Papua Barat Daya, Papua Selatan, dan Papua Tengah) menunjukkan wajah baru pembangunan Papua yang berpijak pada investasi SDM sebagai poros utama kemajuan. Dari pemberdayaan perempuan Moi yang kreatif, beasiswa siswa Papua Selatan yang berdisiplin, hingga pendirian sekolah unggulan di Papua Tengah, seluruhnya menggambarkan sebuah ekosistem pembangunan manusia yang saling menguatkan.
Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah telah memahami bahwa pembangunan fisik hanya akan bermakna jika diimbangi dengan pembangunan manusia. Jalan raya, gedung, dan infrastruktur digital memang membuka akses, tetapi manusialah yang menjadi motor penggerak utama kemajuan. Karena itu, investasi pada pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter menjadi langkah strategis untuk memastikan Papua tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga berdaulat dalam sumber daya manusianya.
Dalam konteks Visi Indonesia Emas 2045, Papua diharapkan menjadi salah satu penopang penting kemajuan nasional. Dengan potensi alam yang besar dan keberagaman budaya yang kaya, Papua memiliki modal luar biasa untuk tumbuh menjadi kawasan yang mandiri dan sejahtera. Namun, semua itu hanya bisa dicapai jika masyarakatnya memiliki kapasitas, kemandirian, dan mentalitas unggul.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua di Jawa Timur